Senin, 30 Desember 2013

PEKERJAAN PONDASI


Pondasi adalah bagian dasar dari konstruksi bangunan yang berfungsi mendukung, meneruskan atau menyalurkan serta menstabilkan beban bangunan diatasnya ke lapisan tanah atau batuan yang ada dibawahnya yang mempunyai daya dukung cukup untuk memikul berat bangunan.
1.    Faktor – Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pondasi :
a.    Fungsi bangunan
b.    Berat beban yang harus didukung dan tinggi bangunan
c.    Jenis tanah  dan kekuatan daya dukungnya serta kedalamannya
d.   Bahan pondasi yang tersedia, mudah didapatkan serta biaya pembuatan
e.    Peralatan, Teknologi dan Kehandalan Sumber Daya Manusia
f.     Lokasi dan situasi proyek
g.    Letak muka air tanah
Tidak ada satupun jenis pondasi yang dapat cocok digunakan untuk segala jenis dan bentuk bangunan. Setiap perencanaan struktur selalu diikuti penentuan jenis dan bentuk pondasi. Dalam perencanaan dan perhitungan struktur dapat dipisahkan antara bangunan atas dan pondasi.

2.    Jenis Beban  Yang digunakan dalam perencanaan pondasi
a.    Beban Mati
adalah berat semua bagian bangunan yang bersifat tetap (M)
b.    Beban hidup
adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat dipindah-pindahkan, bukan bagian dari bangunan yang sifatnya dapat tetap maupun sementara. (H)
c.    Beban Angin
adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya hembusan angin dengan kecepatan tertentu. (A)
d.   Beban Gempa
adalah besarnya getaran yang terjadi dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah yang ditimbulkan pada saat terjadi gempa (G)
e.    Beban Khusus
adalah beban yang bekerja akibat dari antara lain getaran mesin, dsb (K)
Kombinasi pembebanan:
(M + H)                                       à Tetap
{(M+H)+A}, {(M+H)+G}           à  Sementara
{(M+H)+K}, {(M+H)+A+K}      à Khusus
{(M+h)+G+K}                             à Khusus

3.    Kegagalan Pondasi
Kegagalan pondasi ditunjukan dengan terjadinya kerusakan pada bagian bangunan diatasnya. Adapun kerusakan yang sering terjadi adalah :
a.    Dinding retak dan miring, keretakan berbalasan sering terjadi pada sudut-sudut bangunan
b.    Lantai tegel bergelombang dan retak serta terlepas
c.    Rangka pintu dan jendela bergeser atau lepas ikatannya dengan dinding dan sulit untuk dibuka
d.   Sudut kemiringan tangga berubah dan terjadi keretakan
e.    Penurunan bangunan secara merata ataupun miring yang pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan

 4.    Jenis Pondasi Berdasarkan Kedalaman

4.1  Pondasi Dangkal

1.    Pondasi Menerus/Jalur
Pondasi menerus dipasang di bawah seluruh panjang dinding bangunan dengan lebar dasar yang sama atau kadang tidak sama, umumnya dipakai bila kedalaman tanah dasar yang baik atau keras antara 0,75 – 1,25 m dari permukaan tanah asli.
Bahan dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang, atau gabungan antara keduanya.

2.    Pondasi Setempat/Telapak
Pondasi Setempat digunakan bila kedalam tanah dasar yang baik melebih 1, 25 m dari permukaan tanah asli, umumnya dipasang pada kolom-kolom utama dari rangka bangunan, beban bangunan dilimpahkan ke kolom-kolom tersebut kemudian diteruskan ke pondasi setempat dibawahnya. Digunakan bila letak tanah dasar yang baik berada antara 1,5 – 4 m
Bahan berupa pasangan batu kali, beton bertulang, atau gabungan antara keduanya.

Pondasi Setempat Di Atas Tiang Pancang
Pondasi tersebut digunakan apabila daya dukung pondasi setempat belum cukup mampu untuk mendukung beban bangunan, sehingga perlu dilakukan penggabungan antara pondasi setempat dengan pondasi tiang pancang


3.    Pondasi Gabungan
Apabila pondasi setempat dari kolom-kolom yang berdekatan terlalu besar, sehingga saling overlap, maka pondasi-pondasi tersebut dapat digabung menjadi satu pondasi dengan beberapa kolom.

4.    Pondasi Rakit/Mat Foundation/Raft Foundation
Pondasi Rakit merupakan plat beton tebal kedap air, yang kadang-kadang diperkuat dengan balok-balok beton, berada dibawah seluruh luas bangunan, biasanya plat beton pondasi rakit ini sebagai lantai basement, dengan merangkai menjadi satu kesatuan dengan dinding basement dengan sambungan kedap air
Pondasi Rakit digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
a.  Apabila 50% luas bangunan terdiri dari pondasi plat setempat, sehingga terjadi overlaping, biasanya pada bangunan 10 lantai
b.    Apabila Daya dukung tanah lebih kecil dari  3 Kpa
c.   Apabila dibutuhkan basement sebagai tempat parkir, ruang instalasi pengolahan air limbah, dan sebagainya   

4.2 Pondasi Dalam
Pondasi Dalam adalah suatu konstruksi yang mahal, dan hanya digunakan bila : 
a.    Daya dukung tanah dasar tidak memungkinkan menggunaan pondasi dangkal.
b.    Penurunan konstruksi bangunan dibatasi dengan nilai yang sangat kecil
c.   Letak muka air tanah sangat dangkal, dan lapisan tanah mempunyai permeabilitas tinggi sehingga penggunaan pondasi dangkal tidak dimungkinkan.
d.   Konstruksi yang berat dibangun terpusat dalam luas yang relatif kecil, misalnya bangunan tower
e.    Disyaratkan oleh peraturan untuk menghindari pengaruh dari beban tak terduga seperti beban gempa dan beban lateral terhadap pondasi.


       1. Pondasi Sumuran
             
             2. Pondasi Tiang Pancang
Peralatan tiang pancang

Cara Pengangkat Tiang Pancang

Sepatu Tiang, Sambungan Tiang

            3. Tiang Bore/Bored Pile


            4.  Pondasi Tiang Tekan/Pressure Injection Pile 

Sabtu, 28 Desember 2013

Bangunan Gedung Tahan Gempa untuk Rumah Sederhana

Bangunan Gedung Tidak Bertingkat dengan Konstruksi Rangka Balok dan Kolom dari Beton Bertulang

Beton dan baja tulangan untuk rangka pengaku dinding dari beton bertulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.  Campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingan adalah 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil serta ½ bagian air, sehingga menghasilkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari minimum 175 kg/cm2.
b.    Bahan pasir dan kerikil harus bersih dan air pencampur tidak boleh mengandung lumpur.
c.    Pengecoran beton dianjurkan dilakukan secara berkesinambungan (tidak berhenti di setengah balok atau di setengah kolom).
d.   Pengadukan beton sedapat mungkin menggunakan alat pencampur beton (beton molen).
e.  Apabila pencampuran beton dilakukan secara manual yang pengadukan betonnya menggunakan tenaga manusia, dianjurkan untuk mengunakan bak dari bahan metal atau bahan lain yang kedap air.
f.     Kekuatan tarik baja minimum 2400 kg/cm2.
g.    Diameter tulangan utama untuk balok lintel, ring balok dan kolom minimum 10 mm, dan untuk sengkang minimum 6 mm dengan jarak as ke as sengkang 15 cm.
h.  Diameter tulangan utama untuk balok sloof/balok pengikat pondasi minimum 12 mm, dan ukuran sengkang minimum 8 mm dengan jarak as ke as sengkang 15 cm.
i.    Agar diperoleh efek angkur yang maksimum dari besi tulangan, maka pada setiap ujung tulangan harus ditekuk ke arah dalam balok hingga 115o, seperti ditunjukan pada Gambar 1.

 
Gambar 1 Tekukan besi untuk mendapatkan efek angkur 

Untuk membatasi luas bidang dinding 16 m2, maka perlu dipasang balok-balok lintel. Untuk mencegah terjadinya retak pada sudut-sudut bukaan pintu dan jendela, maka dipasang kolom-kolom pengaku yang menerus dari balok lintel ke balok sloof/balok pengikat.
Agar memudahkan dalam pengerjaan pengecoran beton dan mendapatkan hasil beton yang berkualitas baik, maka dianjurkan untuk mengunakan ukuran penampang balok minimum 15 cm x 20 cm dan ukuran penampang kolom minimum 15 cm x 15 cm.

              Gambar 2 Bangunan gedung konstruksi rangka sederhana beton bertulang dengan                                                                                     dinding pasangan
Balok lintel harus diikatkan ke kolom dengan detailing penulangan pada sambungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 

Gambar 3 Detail hubungan balok lintel dengan kolom tengah










Ring balok harus diikatkan pada kolom-kolom rangka dengan detailing sambungan seperti terlihat pada Gambar 4 berikut
Gambar 4. Detail hubungan balok tengah dengan ring balok

Sambungan kolom dengan balok sloof, detail penulangan ditunjukan pada Gambar 5.



Gambar 5 Detail penulangan pertemuan balok sloof dengan kolom


Gambar 6. Detail penulangan pada pertemuan antar ring balok